Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang, dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati Bu Emil selaku pengajar, dan teman-teman semua yang saya banggakan.
Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk berkumpul bersama.
Pada kesempatan kali ini saya akan membacakan sebuah pidato yang berjudul “Cacat Bukan Lagi Halangan”.
Teman-temanku sekalian,
Menyadari betapa pentingnya arti kehidupan ini, betapa pentingnya kelengkapan fisik dan mental yang kita punya, dan juga betapa sulitnya menjalani kehidupan bagi si penderita cacat, maka pada tanggal 3 Desember 1981, diselenggarakan pertemuan PBB. Dalam pertemuan ini, dibuat suatu konvensi mengenai hak-hak penyandang cacat yang telah disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Untuk menambahkan rasa kepedulian dan kasih sayang kita kepada penyandang cacat, maka pada tanggal 3 Desember ditetapkan sebagai ‘Hari Penyandang Cacat Dunia’.
Di Dunia ini, banyak sekali orang yang mengalami kecacatan. Baik merupakan cacat fisik maupun cacat mental.
Saya terkadang berfikir dengan mereka yang selalu memandang sebelah mata si penyandang cacat. Apakah mereka semua tidak puas melihat kekurangan para penyandang cacat. Atau mungkin mata hatinya sudah tertutup. Mereka yang menghina sebetulnya tidak lebih baik dari mereka yang dihina.
Jadi, jangan pernah menjauhi mereka yang kekurangan. Kalau bisa, kita harus memberinya motivasi dan semangat agar dia tidak putus asa akan kekurangannya dan akan terus menatap masa depanya.
Mungkin saja dibalik kekurangannya terdapat sejuta kelebihan. Seperti keajaiban mereka yang menyandang cacat sebagai berikut :
· Hellen Keller
Helen adalah seorang tuna netra dan tuna rungu. Tapi, dia tidak pernah merasa yang namanya frustasi. Ia terus, terus memupuk semangatnya. Dan bahkan, kini ia menjadi seorang professor di perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Dan yang lebih hebatnya lagi ia dapat menemukan cara baru dalam membaca bagi mereka yang tidak dapat melihat dan berbicara.
· Bob Willen
Saat diadakan lomba marathon dengan jarak 42 km di
Ia begitu menjadi sorotan, karena ia berlari menggunakan tangannya. Yang lebih mengejutkan lagi ia mampu menyelesaikan sampai finish. Walaupun dengan waktu yang lama dan juga kondisi tangannya yang berdarah-darah itu. Tak diragukan lagi betapa besar semangatnya itu. Semangatnya mampu mengalahkan semangat peserta lain yang kondisi tubuhnya jelas lebih baik dari dirinya. Bahkan, peserta lain malah naik bus panitia karena merasa kelelahan. Saat diwawancarai ia berkata, “Saya bukan seorang yang hebat. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang saya inginkan. Dan kebahagian yang saya dapat bukanlah semata-mata dengan apa yang saya raih, melainkan proses dalam penyampaiannya. Tidak masalah akan mencapainya dalam berapa lama, asal terus berlari. Kita baru disebut gagal bila kita berhenti. Jadi, jangan berhenti sebelum tujuan anda telah tercapai.”
Maka dari itu, kita dapat simpulkan bahwa dengan semangat mereka akan lebih maju. Dan hanya dengan dorongan, motivasi, dan kasih sayang kita lah mereka bisa mendapatkannya. Dengan semua itu, sayap yang patah bisa berangsur pulih, dan jagalah terus sayap tsb agar ia terus bersinar. Jadi, sekarang ‘Cacat Bukan Lagi Halangan’.
Sekian pidato dari saya. Akhir kata.
Wabillahi taufik wal hidayah wassalamu’alaikum warahamtullahi wabarakatu.
0 comments:
Post a Comment