I Miss My Old Spiritual Teacher

Thursday, January 07, 2010

Yah, hari saya jadi begitu menyedihkan setelah kepergian guru ngaji saya ke jawa. Itu semua karena bapak Rohimin telah mengajar saya lebih dari 2 tahun. Dan sekarang harus diganti dengan seorang guru muda yang baru berusia 24 tahun-an. Hal itu membuat saya sedikit kesal. Hal ini dikarenakan guru baru tersebut sangatlah bawel, cerewet, dan emosian, mungkin juga dia punya penyakit darah tinggi kronis. Semua yang dia ajarkan disesuaikan dengan moodnya. Marah-marah mulu setiap datang mengajar. Saya benci itu. Belum lagi kalau mengajar dia selalu mengedepankan egonya. Dia hanya mau mengajar apa yang dia mau bukan apa yang saya dan adik saya mau. Terkadang dia menyinggung masalah sensititf. Dia pernah mengajarkan tentang masalah dating bulan dan teman-teman. Awalnya saya sudah bilang, saya tidak mau membahasa masalah itu soalnya guru egois ini selalu memaksakan pertanyaan dia disemua sesi harus dijawab. Jadi, saya pernah ditanya :

Guru : Kamu kalau misalnya haid itu berapa hari sebulan?
Saya : Mana saya tahu, memangnya saya hitungin apa?
Guru : Lah, memang seharusnya kamu hitungin. Kalau dikampung bapak mah gadis
gadisnya selalu menghitung ditulis di agenda. Kamu juga harusnya begitu.
Saya : Bapak aja sana sama cewek-cewek di kampung bapak.
Guru : Lah, kok gitu kamu ditanya.
Saya : Yaelah, pak. Lagian bahasnya gituan.
Guru : Lah dikampung bapak aja bapak suka bertukar problem dan cerita masalah haid
juga ke teman-teman bapak yang wanita.
Saya : Ya sudah, bapak curhat aja sama teman bapak. Jangan sama saya.
Guru : Loh kok kamu gitu. Kamu itu jangan pelit-pelit berbagi ilmu sama bapak.

Saya semakin jengkel dibuatnya, rasanya selalu emosi kalau sedang mengaji bersamanya.
Hari-hari penuh amarah pun itu seketika memudar dikala bulan puasa tiba. Bulan puasa memang bulan yang penuh berkah. Itu semua karena saya absent mengaji bersama si guru emosian itu. Hingga akhirnya saya tidak mengaji bersama guru itu selama 3-4 bulan. Sungguh menyenangkan, hidup diluar lingkaran hitam putihnya. Tapi kemarin tiba-tiba dia dating untuk mengajar mengaji kembali. Awalnya sebelum saya tahu dia ingin datang, seketika perus saya terasa mual dan kepala saya pusing. Ternyata, dia pertanda buruk yang datang. Saya bilang ke mama saya, saya bisanya mengaji 1 hari seminggu. Saya pun disuruh menemui guru ngaji itu, karena sejak awal saya kurang suka. Maka saya merasa semakin mual dan pusing saat melihat guru egois itu. Saya pun dipaksa mama dan papa saya untuk menemuinya dan membicarakan jadwal mengaji. Karena saya terlihat mau-mau enggak-enggak. Akhirnya mama saya memarahi saya atas sikap saya yang memang tidak sopan itu. Saya pun diceramahi oleh mama dan papa saya panjang lebar. Mau saya itu sebenarnya tidak lagi mengaji bersama dia. Saya sebelumnya telah membicarakan hal ini kepada mama saya tentang ketidakinginan saya dan alas an mengapa saya tidak mau. Tapi, mama sayamalah memarahi saya. Mau saya itu ialah biarkan saya cerita kalau saya tidak suka dia dan cara mengajarnya, selanjutnya kalau memang tidak ada pengganti ya terpaksa saya ber-stress ria dengan diaajarinya. Bukannya malah dimarahi. Yah, kemarin, kedatangan guru muda itu membuat mimpi buruk malam saya. Saya yang niatnya malam itu ingin membuat cerpen baru malah jadi semakin terpuruk dan hilanglah semua ide saya karena kehadirannya yang menyesakkan dada dan membuat saya emosi itu. Thank you very much for your arrived, oh mr. kind.

0 comments:

Post a Comment

Delicious Diaries Of Denis Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino